Puisi 19
-Sahabat-
Kini Ku tahu, sahabat hanyalah ilusi optik
Kita bisa mengaturnya menjadi begitu nyata
Atau membuatnya begitu kabur
Dimana Sahabat?
Dia ada di waktu senang, bukan begitu?
Lalu, kemana dia saat Ku berada dalam waktu
susah? Dimana-mana
Aku tidak pernah percaya adanya Sahabat
Yang Ku percaya ialah seorang teman saja
Teman yang biasa Ku jadikan cerita
Teman yang bercerita biasa pada-Ku
Aku takkan percaya sahabat
Bukan karena Aku pernah di kecewakan
Kitab Suci Ku mengatakan
"lebih baik berlindung pada Tuhan dari
pada percaya kepada manusia"
Ya, tidak ada yang percaya pada-Ku
Karna sampai detik ini aku ialah seorang manusia
Tapi ada satu 'manusia' yang Ku percaya
Ia lahir dan besar bersama-Ku
Keluarga
Tidak ada yang lebih baik dari persahabatan Keluarga
Tidak ada yang lebih membuat Ku bersyukur ketika
percaya Keluarga
Percayakah kamu? Percayakah kamu sahabat?
Teman yang saat ini Ku percayai
Percayalah, keluarga-Mu tameng terkuat-Mu
Sahabat yang tidak Ku percayai
Janganlah kabur dari kekuatan Keluarga
Keluarga, ialah mereka yang membenci-Mu di depan, dan
menyayangi-Mu di segala arah
Keluarga, siapapun yang kau anggap, inti keluarga ialah
menguatkan
Keluarga, suatu saat sahabat yang belum Ku percayai
bisa jadi bagian ini
Keluarga, teman sekaligus pengkritik
Aku belum puas berterima kasih karena susah dan
senang Ku dibentuk dari sini
Keluarga, tidak cukup kata untuk mendeskripsikan aku
benci dan kasih pada perjalanan yang kita buat
Keluarga, lelah kita perang. Kuat ketika siapa saja
membuat perang
Aku tahu, sahabat ada yang manis
Aku tahu, sahabat ada yang pahit
Aku tahu, sahabat ada yang hambar
Aku tahu, sahabat ada yang nampar
Aku tidak tahu, teman lebih dari itu semua
Aku perbanyak teman
Bukan sahabat
Aku kumpulkan teman
Bukan sahabat
Aku eratkan teman
Bukan sahabat
Aku tahu, sahabat sedang tertawa
Aku sedang tertawa bersama teman
Aku tahu, sahabat sedang gusar
Aku gusar dengan tingkah sahabat
Aku tahu, sahabat ilusi
Aku percaya teman tidak mau menjadi usil
Aku tahu, sahabat sementara
Aku ingin, teman selamanya
Ku peluk lagi keluarga-Ku
Tapi tidak erat, masih bernafas
Masih ada senyum, tangis, dan heran
Aku pandang lagi teman
Masih sama sekali biasa tatapannya
Keluarga, ialah kelemahan yang bisa menguatkan
Keluarga, pelukan tentram yang memberi keyakinan
Keluarga, jaringan yang tidak terputus seperti nadi
Keluarga, mati jika detak tubuh ikut mati
Keluarga, cukup
Keluarga dan Teman aku berterima kasih
Sahabat, aku tidak membenci-Mu
Sahabat, Ku kan menaruh kasih pada-Mu
Sahabat, aku hanya belum menaruh sayang-Ku
Jadilah Keluarga-Ku
Kini Ku tahu, sahabat hanyalah ilusi optik
Kita bisa mengaturnya menjadi begitu nyata
Atau membuatnya begitu kabur
Dimana Sahabat?
Dia ada di waktu senang, bukan begitu?
Lalu, kemana dia saat Ku berada dalam waktu
susah? Dimana-mana
Aku tidak pernah percaya adanya Sahabat
Yang Ku percaya ialah seorang teman saja
Teman yang biasa Ku jadikan cerita
Teman yang bercerita biasa pada-Ku
Aku takkan percaya sahabat
Bukan karena Aku pernah di kecewakan
Kitab Suci Ku mengatakan
"lebih baik berlindung pada Tuhan dari
pada percaya kepada manusia"
Ya, tidak ada yang percaya pada-Ku
Karna sampai detik ini aku ialah seorang manusia
Tapi ada satu 'manusia' yang Ku percaya
Ia lahir dan besar bersama-Ku
Keluarga
Tidak ada yang lebih baik dari persahabatan Keluarga
Tidak ada yang lebih membuat Ku bersyukur ketika
percaya Keluarga
Percayakah kamu? Percayakah kamu sahabat?
Teman yang saat ini Ku percayai
Percayalah, keluarga-Mu tameng terkuat-Mu
Sahabat yang tidak Ku percayai
Janganlah kabur dari kekuatan Keluarga
Keluarga, ialah mereka yang membenci-Mu di depan, dan
menyayangi-Mu di segala arah
Keluarga, siapapun yang kau anggap, inti keluarga ialah
menguatkan
Keluarga, suatu saat sahabat yang belum Ku percayai
bisa jadi bagian ini
Keluarga, teman sekaligus pengkritik
Aku belum puas berterima kasih karena susah dan
senang Ku dibentuk dari sini
Keluarga, tidak cukup kata untuk mendeskripsikan aku
benci dan kasih pada perjalanan yang kita buat
Keluarga, lelah kita perang. Kuat ketika siapa saja
membuat perang
Aku tahu, sahabat ada yang manis
Aku tahu, sahabat ada yang pahit
Aku tahu, sahabat ada yang hambar
Aku tahu, sahabat ada yang nampar
Aku tidak tahu, teman lebih dari itu semua
Aku perbanyak teman
Bukan sahabat
Aku kumpulkan teman
Bukan sahabat
Aku eratkan teman
Bukan sahabat
Aku tahu, sahabat sedang tertawa
Aku sedang tertawa bersama teman
Aku tahu, sahabat sedang gusar
Aku gusar dengan tingkah sahabat
Aku tahu, sahabat ilusi
Aku percaya teman tidak mau menjadi usil
Aku tahu, sahabat sementara
Aku ingin, teman selamanya
Ku peluk lagi keluarga-Ku
Tapi tidak erat, masih bernafas
Masih ada senyum, tangis, dan heran
Aku pandang lagi teman
Masih sama sekali biasa tatapannya
Keluarga, ialah kelemahan yang bisa menguatkan
Keluarga, pelukan tentram yang memberi keyakinan
Keluarga, jaringan yang tidak terputus seperti nadi
Keluarga, mati jika detak tubuh ikut mati
Keluarga, cukup
Keluarga dan Teman aku berterima kasih
Sahabat, aku tidak membenci-Mu
Sahabat, Ku kan menaruh kasih pada-Mu
Sahabat, aku hanya belum menaruh sayang-Ku
Jadilah Keluarga-Ku
By Corani (Cory Sarah Yohani Sibarani)


Komentar
Posting Komentar