Seperempat abad

 -My Reflection 🌻-

Kita menghitung hari. Ketakutan akan ini-itu. Seperti dikejar-kejar. Dikejar waktu, usia, dan target-target tertentu. Kita khawatir besok kaya gini, minggu depan nanti gini, bulan depan kaya apa, tahun depan nanti gimana?

Kita menangis saat berdoa, karna menekan sesuatu hal. Kita jenuh saat menyadari satu-persatu kekurangan kita. Kita pasrah, saat menghadapi jawaban dari pertanyaan kita. Kita takluk pada takdir yang tak bisa diubah. Kita terus hidup, karna terus berfikir banyak hal. Kita terus bertanya-tanya, untuk memastikan yang tidak pasti. Kita terus mengancam diri, untuk hari esok, tapi toh berserah diri untuk hari ini. Kita yakin, karna ada kuasa besar. Tapi detik berikutnya panik, karna kita tidak mampu menguasai diri. Kita tersesat dan kembali pulang. Kita berusaha kabur, tapi akan ditemukan. Kita melepaskan, dan meninggalkan jejak. Tidak semudah itu, tidak sesulit itu.

Mengapa ada kebahagiaan yang disulitkan? Mengapa ada kejahatan yang dimudahkan? Kita diberi waktu hidup, untuk bisa mencicipi semua rasa kehidupan. Tapi tak akan enak, jika hanya manis. Tapi .. mengapa .. jelaskan .. tolonglah .. sungguhkah .. dan banyak lagi pernyataan yang kita ajukan setiap hari.

Aku sudah seperempat abad, tapi belum banyak  yang Ku perbuat. Tuhan, jadikan Aku berguna bagi banyak hal di dunia ini. Aku tak ingin, tak mau, tak mampu hanya hidup "stuck" seperti ini. Aku menyerahkan seluruhnya, ketakutan ku, kekhawatiran ku, kesedihan ku, keresahan ku, kehilangan ku, kecintaan ku, seluruhnya hanya pada Mu. Hari ini, pergumulan Ku semakin bertambah, karna usia Ku bertambah, tapi aku tahu kau menambahkan tabah untuk Ku. Tolong Tuhan. Terima kasih dunia sudah mengizinkan Ku hidup 25 tahun, dengan segala kekurangan Ku. Terima kasih Tuhan.


April 2018

Anak bungsu dan sulung kompak senyum ke Camera (Capture by Bang Joe)

Hold Me tight ka Ai

Cory bahagia, bisa berbagi bahagia dengan Ka Ai dan Bang Joe (Rest in Power)

Dua diantara 11 orang dalam foto ini sudah tiada (Bang Joe depan kiri dan ka Ai kacamata baris kanan)


Saat itu, dalam foto masih Ku rasakan seluruh senyum mereka. Kini, ketika Ku melihat-lihat kembali, tak bisa aku hindari kenyataan, bahwa sudah dua orang telah tiada. Aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya rindu, tapi rindu pun membuat dada Ku sesak. Sejak kepergiannya, hari-hari sama saja, tak terkecuali, sama sedihnya, sama bahagianya, sama lelahnya, sama puasnya, sama saja. Tak bisa mengobati kesedihan, memori itu hanya dapat dikenang. Selamat tinggal Ka Ai, Bang Joe yang begitu baik dan berharga untuk kita. Apa boleh buat, hanya mengenang Mu yang bisa Cory lakukan setiap hari. Tuhan aku Bersyukur.

Komentar

Postingan Populer